Kamis, 03 Maret 2011

Konsep Dasar Router

Sebelum kita pelajari lebih jauh mengenai bagaimana mengkonfigurasi router cisco, kita perlu memahami lebih baik lagi mengenai beberapa aturan dasar routing. Juga tentunya kita harus memahami sistem penomoran IP,subnetting,netmasking dan saudara-saudaranya.
Contoh kasus:
Host X à 128.1.1.1 (ip Kelas B network id 128.1.x.x)
Host Y à 128.1.1.7 (IP kelas B network id 128.1.x.x)
Host Z à 128.2.2.1 (IP kelas B network id 128.2.x.x)
Pada kasus di atas, host X dan host Y dapat berkomunikasi langsung tetapi baik host X maupun Y tidak dapat berkomunikasi dengan host Z, karena mereka memiliki network Id yang berbeda. Bagaimana supaya Z dapat berkomunikasi dengan X dan Y ? gunakan router !
Contoh kasus menggunakan subnetting
Host P à 128.1.208.1 subnet mask 255.255.240.0
Host Q à 128.1.208.2 subnet mask 255.255.240.0
Host R à 128.1.80.3 subnet mask 255.255.240.0
Nah, ketika subnetting dipergunakan, maka dua host yang terhubung ke segmen jaringan yang sama dapat berkomunikasi hanya jika baik network id maupun subnetid-nya sesuai.Pada kasus di atas, P dan Q dapat berkomunikasi dengan langsung, R memiliki network id yang sama dengan P dan Q tetapi memiliki subnetidyang berbeda. Dengan demikian R tidak dapat berkomunikasi secara langsung dengan P dan Q. Bagaimana supaya R dapat berkomunikasi dengan P dan Q ? gunakan router !
Jadi fungsi router, secara mudah dapat dikatakan, menghubungkan dua buah jaringan yang berbeda, tepatnya mengarahkan rute yang terbaik untuk mencapai network yang diharapkan
Dalam implementasinya, router sering dipakai untuk menghubungkan jaringan antar lembaga atau perusahaan yang masing-masing telah memiliki jaringan dengan network id yang berbeda. Contoh lainnya yang saat ini populer adalah ketika perusahaan anda akan terhubung ke internet. Maka router akan berfungsi mengalirkan paket data dari perusahaan anda ke lembaga lain melalui internet, sudah barang tentu nomor jaringan anda akan bereda dengan perushaaan yang anda tuju.
Jika sekedar menghubungkan 2 buah jaringan, sebenarnya anda juga dapat menggunakan pc berbasis windows NT atau linux. Dengan memberikan 2 buah network card dan sedikit setting, sebenarnya anda telah membuat router praktis. Namun tentunya dengan segala keterbatasannya.
Di pasaran sangat beragam merek router, antara lain baynetworks, 3com dan cisco. Modul kursus kita kali ini akan membahas khusus cisco. Mengapa ? karena cisco merupakan router yang banyak dipakai dan banyak dijadikan standar bagi produk lainnya.
Lebih jauh tentang routing
Data-data dari device yang terhubung ke Internet dikirim dalam bentuk datagram, yaitu paket data yang didefinisikan oleh IP. Datagram memiliki alamat tujuan paket data; Internet Protocol memeriksa alamat ini untuk menyampaikan datagram dari device asal ke device tujuan. Jika alamat tujuan datagram tersebut terletak satu jaringan dengan device asal, datagram langsung disampaikan kepada device tujuan tersebut. Jika ternyata alamat tujuan datagram tidak terdapat di jaringan yang sama, datagram disampaikan kepada router yang paling tepat (the best available router).
IP Router (biasa disebut router saja) adalah device yang melakukan fungsi meneruskan datagram IP pada lapisan jaringan. Router memiliki lebih dari satu antamuka jaringan (network interface) dan dapat meneruskan datagram dari satu antarmuka ke antarmuka yang lain. Untuk setiap datagram yang diterima, router memeriksa apakah datagram tersebut memang ditujukan ke dirinya. Jika ternyata ditujukan kepada router tersebut, datagram disampaikan ke lapisan transport.
Jika datagram tidak ditujukan kepada router tersebut, yang akan diperiksa adalah forwarding table yang dimilikinya untuk memutuskan ke mana seharusnya datagram tersebut ditujukan. Forwarding table adalah tabel yang terdiri dari pasangan alamat IP (alamat host atau alamat jaringan), alamat router berikut, dan antarmuka tempat keluar datagram.
Jika tidak menemukan sebuah baris pun dalam forwarding table yang sesuai dengan alamat tujuan, router akan memberikan pesan kepada pengirim bahwa alamat yang dimaksud tidak dapat dicapai. Kejadian ini dapat dianalogikan dengan pesan “kembali ke pengirim” pada pos biasa. Sebuah router juga dapat memberitahu bahwa dirinya bukan router terbaik ke suatu tujuan, dan menyarankan penggunaan router lain. Dengan ketiga fungsi yang terdapat pada router ini, host-host di Internet dapat saling terhubung.
Statik dan Dinamik
Secara umum mekanisme koordinasi routing dapat dibagi menjadi dua: routing statik dan routing dinamik. Pada routing statik, entri-entri dalam forwarding table router diisi dan dihapus secara manual, sedangkan pada routing dinamik perubahan dilakukan melalui protokol routing. Routing statik adalah pengaturan routing paling sederhana yang dapat dilakukan pada jaringan komputer. Menggunakan routing statik murni dalam sebuah jaringan berarti mengisi setiap entri dalam forwarding table di setiap router yang berada di jaringan tersebut.
Penggunaan routing statik dalam sebuah jaringan yang kecil tentu bukanlah suatu masalah; hanya beberapa entri yang perlu diisikan pada forwarding table di setiap router. Namun Anda tentu dapat membayangkan bagaimana jika harus melengkapi forwarding table di setiap router yang jumlahnya tidak sedikit dalam jaringan yang besar. Apalagi jika Anda ditugaskan untuk mengisi entri-entri di seluruh router di Internet yang jumlahnya banyak sekali dan terus bertambah setiap hari. Tentu repot sekali!
Routing dinamik adalah cara yang digunakan untuk melepaskan kewajiban mengisi entri-entri forwarding table secara manual. Protokol routing mengatur router-router sehingga dapat berkomunikasi satu dengan yang lain dan saling memberikan informasi routing yang dapat mengubah isi forwarding table, tergantung keadaan jaringannya. Dengan cara ini, router-router mengetahui keadaan jaringan yang terakhir dan mampu meneruskan datagram ke arah yang benar.
Interior Routing Protocol
Pada awal 1980-an Internet terbatas pada ARPANET, Satnet (perluasan ARPANET yang menggunakan satelit), dan beberapa jaringan lokal yang terhubung lewat gateway. Dalam perkembangannya, Internet memerlukan struktur yang bersifat hirarkis untuk mengantisipasi jaringan yang telah menjadi besar. Internet kemudian dipecah menjadi beberapa autonomous system (AS) dan saat ini Internet terdiri dari ribuan AS. Setiap AS memiliki mekanisme pertukaran dan pengumpulan informasi routing sendiri.
Protokol yang digunakan untuk bertukar informasi routing dalam AS digolongkan sebagai interior routing protocol (IRP). Hasil pengumpulan informasi routing ini kemudian disampaikan kepada AS lain dalam bentuk reachability information. Reachability information yang dikeluarkan oleh sebuah AS berisi informasi mengenai jaringan-jaringan yang dapat dicapai melalui AS tersebut dan menjadi indikator terhubungnya AS ke Internet. Penyampaian reachability information antar-AS dilakukan menggunakan protokol yang digolongkan sebagai exterior routing protocol (ERP).
IRP yang dijadikan standar di Internet sampai saat ini adalah Routing Information Protocol (RIP) dan Open Shortest Path First (OSPF). Di samping kedua protokol ini terdapat juga protokol routing yang bersifat proprietary tetapi banyak digunakan di Internet, yaitu Internet Gateway Routing Protocol (IGRP) dari Cisco System. Protokol IGRP kemudian diperluas menjadi Extended IGRP (EIGRP). Semua protokol routing di atas menggunakan metrik sebagai dasar untuk menentukan jalur terbaik yang dapat ditempuh oleh datagram. Metrik diasosiasikan dengan “biaya” yang terdapat pada setiap link, yang dapat berupa throughput (kecepatan data), delay, biaya sambungan, dan keandalan link.
I. Routing Information Protocol
RIP (akronim, dibaca sebagai rip) termasuk dalam protokol distance-vector, sebuah protokol yang sangat sederhana. Protokol distance-vector sering juga disebut protokol Bellman-Ford, karena berasal dari algoritma perhitungan jarak terpendek oleh R.E. Bellman, dan dideskripsikan dalam bentuk algoritma-terdistribusi pertama kali oleh Ford dan Fulkerson.
Setiap router dengan protokol distance-vector ketika pertama kali dijalankan hanya mengetahui cara routing ke dirinya sendiri (informasi lokal) dan tidak mengetahui topologi jaringan tempatnya berada. Router kemudia mengirimkan informasi lokal tersebut dalam bentuk distance-vector ke semua link yang terhubung langsung dengannya. Router yang menerima informasi routing menghitung distance-vector, menambahkan distance-vector dengan metrik link tempat informasi tersebut diterima, dan memasukkannya ke dalam entri forwarding table jika dianggap merupakan jalur terbaik. Informasi routing setelah penambahan metrik kemudian dikirim lagi ke seluruh antarmuka router, dan ini dilakukan setiap selang waktu tertentu. Demikian seterusnya sehingga seluruh router di jaringan mengetahui topologi jaringan tersebut.
Protokol distance-vector memiliki kelemahan yang dapat terlihat apabila dalam jaringan ada link yang terputus. Dua kemungkinan kegagalan yang mungkin terjadi adalah efek bouncing dan menghitung-sampai-tak-hingga (counting to infinity). Efek bouncing dapat terjadi pada jaringan yang menggunakan metrik yang berbeda pada minimal sebuah link. Link yang putus dapat menyebabkan routing loop, sehingga datagram yang melewati link tertentu hanya berputar-putar di antara dua router (bouncing) sampai umur (time to live) datagram tersebut habis.
Menghitung-sampai-tak-hingga terjadi karena router terlambat menginformasikan bahwa suatu link terputus. Keterlambatan ini menyebabkan router harus mengirim dan menerima distance-vector serta menghitung metrik sampai batas maksimum metrik distance-vector tercapai. Link tersebut dinyatakan putus setelah distance-vector mencapai batas maksimum metrik. Pada saat menghitung metrik ini juga terjadi routing loop, bahkan untuk waktu yang lebih lama daripada apabila terjadi efek bouncing..
RIP tidak mengadopsi protokol distance-vector begitu saja, melainkan dengan melakukan beberapa penambahan pada algoritmanya agar routing loop yang terjadi dapat diminimalkan. Split horizon digunakan RIP untuk meminimalkan efek bouncing. Prinsip yang digunakan split horizon sederhana: jika node A menyampaikan datagram ke tujuan X melalui node B, maka bagi B tidak masuk akal untuk mencapai tujuan X melalui A. Jadi, A tidak perlu memberitahu B bahwa X dapat dicapai B melalui A.
Untuk mencegah kasus menghitung-sampai-tak-hingga, RIP menggunakan metode Triggered Update. RIP memiliki timer untuk mengetahui kapan router harus kembali memberikan informasi routing. Jika terjadi perubahan pada jaringan, sementara timer belum habis, router tetap harus mengirimkan informasi routing karena dipicu oleh perubahan tersebut (triggered update). Dengan demikian, router-router di jaringan dapat dengan cepat mengetahui perubahan yang terjadi dan meminimalkan kemungkinan routing loop terjadi.
RIP yang didefinisikan dalam RFC-1058 menggunakan metrik antara 1 dan 15, sedangkan 16 dianggap sebagai tak-hingga. Route dengan distance-vector 16 tidak dimasukkan ke dalam forwarding table. Batas metrik 16 ini mencegah waktu menghitung-sampai-tak-hingga yang terlalu lama. Paket-paket RIP secara normal dikirimkan setiap 30 detik atau lebih cepat jika terdapat triggered updates. Jika dalam 180 detik sebuah route tidak diperbarui, router menghapus entri route tersebut dari forwarding table. RIP tidak memiliki informasi tentang subnet setiap route. Router harus menganggap setiap route yang diterima memiliki subnet yang sama dengan subnet pada router itu. Dengan demikian, RIP tidak mendukung Variable Length Subnet Masking (VLSM).
RIP versi 2 (RIP-2 atau RIPv2) berupaya untuk menghasilkan beberapa perbaikan atas RIP, yaitu dukungan untuk VLSM, menggunakan otentikasi, memberikan informasi hop berikut (next hop), dan multicast. Penambahan informasi subnet mask pada setiap route membuat router tidak harus mengasumsikan bahwa route tersebut memiliki subnet mask yang sama dengan subnet mask yang digunakan padanya.
RIP-2 juga menggunakan otentikasi agar dapat mengetahui informasi routing mana yang dapat dipercaya. Otentikasi diperlukan pada protokol routing untuk membuat protokol tersebut menjadi lebih aman. RIP-1 tidak menggunakan otentikasi sehingga orang dapat memberikan informasi routing palsu. Informasi hop berikut pada RIP-2 digunakan oleh router untuk menginformasikan sebuah route tetapi untuk mencapai route tersebut tidak melewati router yang memberi informasi, melainkan router yang lain. Pemakaian hop berikut biasanya di perbatasan antar-AS.
RIP-1 menggunakan alamat broadcast untuk mengirimkan informasi routing. Akibatnya, paket ini diterima oleh semua host yang berada dalam subnet tersebut dan menambah beban kerja host. RIP-2 dapat mengirimkan paket menggunakan multicast pada IP 224.0.0.9 sehingga tidak semua host perlu menerima dan memproses informasi routing. Hanya router-router yang menggunakan RIP-2 yang menerima informasi routing tersebut tanpa perlu mengganggu host-host lain dalam subnet.
RIP merupakan protokol routing yang sederhana, dan ini menjadi alasan mengapa RIP paling banyak diimplementasikan dalam jaringan. Mengatur routing menggunakan RIP tidak rumit dan memberikan hasil yang cukup dapat diterima, terlebih jika jarang terjadi kegagalan link jaringan. Walaupun demikian, untuk jaringan yang besar dan kompleks, RIP mungkin tidak cukup. Dalam kondisi demikian, penghitungan routing dalam RIP sering membutuhkan waktu yang lama, dan menyebabkan terjadinya routing loop. Untuk jaringan seperti ini, sebagian besar spesialis jaringan komputer menggunakan protokol yang masuk dalam kelompok link-state
II. Open Shortest Path First (OSPF)
Teknologi link-state dikembangkan dalam ARPAnet untuk menghasilkan protokol yang terdistribusi yang jauh lebih baik daripada protokol distance-vector. Alih-alih saling bertukar jarak (distance) ke tujuan, setiap router dalam jaringan memiliki peta jaringan yang dapat diperbarui dengan cepat setelah setiap perubahan topologi. Peta ini digunakan untuk menghitung route yang lebih akurat daripada menggunakan protokol distance-vector. Perkembangan teknologi ini akhirnya menghasilkan protokol Open Shortest Path First (OSPF) yang dikembangkan oleh IETF untuk digunakan di Internet. Bahkan sekarang Internet Architecture Board (IAB) telah merekomendasikan OSPF sebagai pengganti RIP.
Prinsip link-state routing sangat sederhana. Sebagai pengganti menghitung route “terbaik” dengan cara terdistribusi, semua router mempunyai peta jaringan dan menghitung semua route yang terbaik dari peta ini. Peta jaringan tersebut disimpan dalam sebuah basis data dan setiap record dalam basis data tersebut menyatakan sebuah link dalam jaringan. Record-record tersebut dikirimkan oleh router yang terhubung langsung dengan masing-masing link.
Karena setiap router perlu memiliki peta jaringan yang menggambarkan kondisi terakhir topologi jaringan yang lengkap, setiap perubahan dalam jaringan harus diikuti oleh perubahan dalam basis data link-state yang terletak di setiap router. Perubahan status link yang dideteksi router akan mengubah basis data link-state router tersebut, kemudian router mengirimkan perubahan tersebut ke router-router lain.
Protokol yang digunakan untuk mengirimkan perubahan ini harus cepat dan dapat diandalkan. Ini dapat dicapai oleh protokol flooding. Dalam protokol flooding, pesan yang dikirim adalah perubahan dari basis data serta nomor urut pesan tersebut. Dengan hanya mengirimkan perubahan basis data, waktu yang diperlukan untuk pengiriman dan pemrosesan pesan tersebut lebih sedikit dibandingdengan mengirim seluruh isi basis data tersebut. Nomor urut pesan diperlukan untuk mengetahui apakah pesan yang diterima lebih baru daripada yang terdapat dalam basis data. Nomor urut ini berguna pada kasus link yang putus menjadi tersambung kembali.
Pada saat terdapat link putus dan jaringan menjadi terpisah, basis data kedua bagian jaringan tersebut menjadi berbeda. Ketika link yang putus tersebut hidup kembali, basis data di semua router harus disamakan. Basis data ini tidak akan kembali sama dengan mengirimkan satu pesan link-state saja. Proses penyamaan basis data pada router yang bertetangga disebut sebagai menghidupkan adjacency. Dua buah router bertetangga disebut sebagai adjacent bila basis data link-state keduanya telah sama. Dalam proses ini kedua router tersebut tidak saling bertukar basis data karena akan membutuhkan waktu yang lama.
Proses menghidupkan adjacency terdiri dari dua fasa.Fasa pertama, kedua router saling bertukar deskripsi basis data yang merupakan ringkasan dari basis data yang dimiliki setiap router. Setiap router kemudian membandingkan deskripsi basis data yang diterima dengan basis data yang dimilikinya. Pada fasa kedua, setiap router meminta tetangganya untuk mengirimkan record-record basis data yang berbeda, yaitu bila router tidak memiliki record tersebut, atau nomor urut record yang dimiliki lebih kecil daripada yang dikirimkan oleh deskripsi basis data. Setelah proses ini, router memperbarui beberapa record dan ini kemudian dikirimkan ke router-router lain melalui protokol flooding.
Protokol link-state lebih baik daripada protokol distance-vector disebabkan oleh beberapa hal: waktu yang diperlukan untuk konvergen lebih cepat, dan lebih penting lagi protokol ini tidak menghasilkan routing loop. Protokol ini mendukung penggunaan beberapa metrik sekaligus. Throughput, delay, biaya, dan keandalan adalah metrik-metrik yang umum digunakan dalam jaringan. Di samping itu protokol ini juga dapat menghasilkan banyak jalur ke sebuah tujuan. Misalkan router A memiliki dua buah jalur dengan metrik yang sama ke host B. Protokol dapat memasukkan kedua jalur tersebut ke dalam forwarding table sehingga router mampu membagi beban di antara kedua jalur tersebut.
Rancangan OSPF menggunakan protokol link-state dengan beberapa penambahan fungsi. Fungsi-fungsi yang ditambahkan antara lain mendukung jaringan multi-akses, seperti X.25 dan Ethernet, dan membagi jaringan yang besar mejadi beberapa area.
Telah dijelaskan di atas bahwa setiap router dalam protokol link-state perlu membentuk adjacency dengan router tetangganya. Pada jaringan multi-akses, tetangga setiap router dapat lebih dari satu. Dalam situasi seperti ini, setiap router dalam jaringan perlu membentuk adjacency dengan semua router yang lain, dan ini tidak efisien. OSPF mengefisienkan adjacency ini dengan memperkenalkan konsep designated router dan designated router cadangan. Semua router hanya perlu adjacent dengan designated router tersebut, sehingga hanya designated router yang adjacent dengan semua router yang lain. Designated router cadangan akan mengambil alih fungsi designated router yang gagal berfungsi.
Langkah pertama dalam jaringan multi-akses adalah memilih designated router dan cadangannya. Pemilihan ini dimasukkan ke dalam protokol Hello, protokol dalam OSPF untuk mengetahui tetangga-tetangga router dalam setiap link. Setelah pemilihan, baru kemudian router-router membentuk adjacency dengan designated router dan cadangannya. Setiap terjadi perubahan jaringan, router mengirimkan pesan menggunakan protokol flooding ke designated router, dan designated router yang mengirimkan pesan tersebut ke router-router lain dalam link.
Designated router cadangan juga mendengarkan pesan-pesan yang dikirim ke designated router. Jika designated router gagal, cadangannya kemudian menjadi designated router yang baru serta dipilih designated router cadangan yang baru. Karena designated router yang baru telah adjacent dengan router-router lain, tidak perlu dilakukan lagi proses penyamaan basis data yang membutuhkan waktu yang lama tersebut.
Dalam jaringan yang besar tentu dibutuhkan basis data yang besar pula untuk menyimpan topologi jaringan. Ini mengarah kepada kebutuhan memori router yang lebih besar serta waktu perhitungan route yang lebih lama. Untuk mengantisipasi hal ini, OSPF menggunakan konsep area dan backbone. Jaringan dibagi menjadi beberapa area yang terhubung ke backbone. Setiap area dianggap sebagai jaringan tersendiri dan router-router di dalamnya hanya perlu memiliki peta topologi jaringan dalam area tersebut. Router-router yang terletak di perbatasan antar area hanya mengirimkan ringkasan dari link-link yang terdapat dalam area dan tidak mengirimkan topologi area satu ke area lain. Dengan demikian, perhitungan route menjadi lebih sederhana.
Kesederhanaan vs. Kemampuan
Kita sudah lihat sepintas bagaimana RIP dan OSPF bekerja. Setiap protokol routing memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Protokol RIP sangat sederhana dan mudah diimplementasikan tetapi dapat menimbulkan routing loop. Protokol OSPF merupakan protokol yang lebih rumit dan lebih baik daripada RIP tetapi membutuhkan memori dan waktu CPU yang besar.
Di berbagai tempat juga terdapat yang menggunakan gabungan antara routing statik, RIP, RIP-v2, dan OSPF. Hasilnya di jaringan ini menunjukkan bahwa administrasi routing statik jauh lebih memakan waktu dibanding routing dinamik. Pengamatan pada protokol routing dinamik juga menunjukkan bahwa RIP menggunakan bandwidth yang lebih besar daripada OSPF dan semakin besar jaringan, bandwidth yang digunakan RIP bertambah lebih besar pula. Jadi, jika Anda sedang mendesain jaringan TCP/IP yang besar tentu OSPF merupakan pilihan protokol routing yang tepat
MENGENAL PROTOKOL INTERNET
(TCP/IP)
Agar jaringan intrenet ini berlaku semestinya harus ada aturan standard yang mengaturnya karena itu diperlukan suatu protokol internet.
Sejarah TCP/IP
Internet Protocol dikembangkan pertama kali oleh Defense Advanced Research Projects Agency ( DARPA) pada tahun 1970 sebagai awal dari usaha untuk mengembangkan protokol yang dapat melakukan interkoneksi berbagai jaringan komputer yang terpisah, yang masing-masing jaringan tersebut menggunakan teknologi yang berbeda. Protokol utama yang dihasilkan proyek ini adalah Internet Protocol (IP). Riset yang sama dikembangkan pula yaitu beberapa protokol level tinggi yang didesain dapat bekerja dengan IP. Yang paling penting dari proyek tersebut adalah Transmission Control Protocol (TCP), dan semua grup protocol diganti dengan TCP/IP suite. Pertamakali TCP/IP diterapkan di ARPANET, dan mulai berkembang setelah Universitas California di Berkeley mulai menggunakan TCP/IP dengan sistem operasi UNIX. Selain Defense Advanced Research Projects Agency (DARPA) ini yang mengembangkan Internet Protocol, yang juga mengembangkan TCP/IP adalah Department of defense (DOD).
Istilah-istilah didalam Internet Protocol
Ada beberapa istilah yang sering ditemukan didalam pembicaraan mengenai TCP/IP, yaitu diantaranya :
Host atau end-system, Seorang pelanggan pada layanan jaringan komunikasi. Host biasanya berupa individual workstation atau personal computers (PC) dimana tugas dari Host ini biasanya adalah menjalankan applikasi dan program software server yang berfungsi sebagai user dan pelaksana pelayanan jaringan komunikasi.
Internet, yaitu merupakan suatu kumpulan dari jaringan (network of networks) yang menyeluruh dan menggunakan protokol TCP/IP untuk berhubungan seperti virtual networks.
Node, adalah istilah yang diterapkan untuk router dan host.protocol, yaitu merupakan sebuah prosedur standar atau aturan untuk pendefinisian dan pengaturan transmisi data antara komputer-komputer.
Router, adalah suatu devais yang digunakan sebagai penghubung antara dua network atau lebih. Router berbeda dengan host karena router bisanya bukan berupa tujuan atau data traffic. Routing dari datagram IP biasanya telah dilakukan dengan software. Jadi fungsi routing dapat dilakukan oleh host yang mempunyai dua networks connection atau lebih.
Overview TCP/IP
Sebagaimana yang telah dikemukakan di atas, TCP/IP juga dikembangkan oleh Department of Defense (DOD). DOD telah melakukan proyek penelitian untuk menghubungkan beberapa jaringan yang didesain oleh berbagai vendor untuk menjadi sebuah networks of networks (Internet). Pada awalnya hal ini berhasil karena hanya menyediakan pelayanan dasar seperti file transfer, electronic mail, remote logon. Beberapa komputer dalam sebuah departemen dapat menggunakan TCP/IP (bersamaan dengan protokol lain) dalam suatu LAN tunggal. Komponen IP menyediakan routing dari departmen ke network enterprise, kemudian ke jaringan regional dan akhirnya ke global internet. Hal ini dapat menjadikan jaringan komunikasi dapat rusak, sehingga untuk mengatasinya maka kemudian DOD mendesain TCP/IP yang dapat memperbaiki dengan otomatis apabila ada node atau saluran telepon yang gagal. Hasil rancangan ini memungkinkan untuk membangun jaringan yang sangat besar dengan pengaturan pusat yang sedikit. Karena adanya perbaikan otomatis maka masalah dalam jaringan tidak diperiksa dan tak diperbaiki untuk waktu yang lama.
Seperti halnya protokol komunikasi yang lain, maka TCP/IP pun mempunyai beberapa layer, layer-layer itu adalah :
Þ IP (internet protocol) yang berperan dalam pentransmisian paket data dari node ke node. IP mendahului setiap paket data berdasarkan 4 byte (untuk versi IPv4) alamat tujuan (nomor IP). Internet authorities menciptakan range angka untuk organisasi yang berbeda. Organisasi menciptakan grup dengan nomornya untuk departemen. IP bekerja pada mesin gateaway yang memindahkan data dari departemen ke organisasi kemudian ke region dan kemudian ke seluruh dunia.
Þ TCP (transmission transfer protocol) berperan didalam memperbaiki pengiriman data yang benar dari suatu klien ke server. Data dapat hilang di tengah-tengah jaringan. TCP dapat mendeteksi error atau data yang hilang dan kemudian melakukan transmisi ulang sampai data diterima dengan benar dan lengkap.
Þ Sockets yaitu merupakan nama yang diberikan kepada subrutin paket yang menyediakan akses ke TCP/IP pada kebanyakan sistem.
Bebrapa hal penting didalam TCP/IP
1. Jaringan Peminta Terendah (Network of Lowest Bidders)
IP dikembangkan untuk membuat sebuah network of networks (Internet). Individual machine dihubungkan ke LAN (ethernet atau Token ring). TCP/IP membagi LAN dengan user yang lain (Novell file server, windows dll). Satu devais menyediakan TCP/IP menghubungkan antara LAN dengan dunia luar.
Untuk meyakinkan bahwa semua tipe sistem dari berbagai vendor dapat berkomunikasi, maka penggunaan TCP/IP distandarkan pada LAN. Dengan bertambahnya kecepatan mikroprossesor, fiber optics, dan saluran telepon digital maka telah menciptakan beberapa pilihan teknologi baru diantaranya yaitu ISDN, frame relay, FDDI, Asynchronous Transfer Mode (ATM).
Rancangan asli dari TCP/IP adalah sebagai sebuah network of networks yang cocok dengan penggunaan teknologi sekarang ini. Data TCP/IP dapat dikirimkan melalui sebuah LAN, atau dapat dibawa dengan sebuah jaringan internal corporate SNA, atau data dapat terhubung pada TV kabel . Lebih jauh lagi, mesin-mesin yang berhubungan pada salah satu jaringan tersebut dapat berkomunikasi dengan jaringan yang lain melalui gateways yang disediakan vendor jaringan .
2. Masalah Pengalamatan
Dalam sebuah jaringan SNA , setiap mesin mempunyai Logical Units dengan alamat jaringan masing-masing. DECNET, Appletalk, dan Novell IPX mempunyai rancangan untuk membuat nomor untuk setiap jaringan lokal dan untuk setiap workstation yang terhubung ke jaringan.
Pada bagian utama pengalamatan lokal network, TCP/IP membuat nomor unik untuk setiap workstation di seluruh dunia. Nomor IP adalah nilai 4 byte (IPv4) dengan konvensi merubah setiap byte ke dalam nomor desimal (0 sampai 255 untuk IP yang digunakan sekarang) dan memisahkan setiap bytes dengan periode. Sebagai contoh misalnya 130.132.59.234.
Sebuah organisasi dimulai dengan mengirimkan electronic mail ke Hostmaster@INTERNIC.NET meminta untuk pembuatan nomor jaringan. Hal ini dimungkinkan bagi hampir setiap orang untuk memperoleh nomor untuk jaringan “small class C” dengan 3 bytes pertama meyatakan jaringan dan byte terakhir menyatakan individual komputer. Organisasi yang lebih besar dapat memperoleh jaringan “Class B” dengan 2 bytes pertama menyatakan jaringan dan 2 bytes terakhir menyatakan menyatakan masing-masing workstation sampai mencapai 64.000 individual workstation. Contoh Jaringan Class B Yale adalah 130.132, jadi semua komputer dengan IP address 130.132.*.* adalah dihubungkan melalui Yale.
Kemudian organisasi berhubungan dengan intenet melalui satu dari beberapa jaringan regional atau jaringan khusus. vendor jaringan diberi nomor pelanggan networks dan ditambahkan ke dalam konfigurasi routing dalam masing-masing mesin.
Tidak ada rumus matematika yang mengubah nomor 192.35.91 atau 130.132 menjadi “Yale University” atau “New Haven”. Mesin-mesin yang mengatur jaringan regional yang besar atau routers Internet pusat dapat menentukan lokasi jaringan-jaringan tersebut dengan mencari setiap nomor jaringan tersebut dalam tabel. Diperkirakan ada ribuan jaringan class B dan jutaan jaringan class C. Pelanggan yang terhubung dengan Internet, bahkan perusahaan besar seperti IBM tidak perlu untuk memelihara informasi pada jaringan-jatingan yang lain. Mereka mengirim semua eksternal data ke regional carrier yang mereka langgan, dan regional carrier mengamati dan memelihara tabel dan melakukan routing yang tepat.
3. Subnets
Meskipun pelanggan individual tidak membutuhkan nomor tabel jaringan atau menyediakan eksplisit routing, tapi untuk kebanyakan jaringan class B dapat diatur secara internal sehingga lebih kecil dan versi organisasi jaringan yang lebih sederhana. Biasanya membagi dua byte internal assignment menjadi satu byte nomor departmen dan satu byte Workstation ID.
Enterprise network dibangun dengan menggunakan TCP/IP router box secara komersial. setiap router mempunyai tabel dengan 255 masukan untuk mengubah satu byte nomor departmen menjadi pilihan tujuan ethernet yang terhubung ke salah satu router. Misalnya, pesan ke 130.132.59.234 melalui jaringan regional National dan New England berdasarkan bagian nomor 130.132. Tiba di Yale, 59 department ID memilih ethernet connector . 234 memilih workstation tertentu pada LAN. Jaringan Yale harus diupdate sebagai ethernet baru dan departemen ditambahkan, tapi tidak dipengaruhi oleh perubahan dari luar atau perpindahan mesin dalam departemen.
4. Jalur-jalur tak tentu
Setiap kali sebuah pesan tiba pada sebuah IP router, maka router akan membuat keputusan ke mana berikutnya pesan tersebut akan dikirimkan. Ada konsep satu waktu tertentu dengan preselected path untuk semua traffic. Misalkan sebuah perusahaan dengan fasilitas di New York, Los Angles, Chicago dan Atlanta. Dapat dibuat jaringan dari empat jalur telepon membentuk sebuah loop (NY ke Chicago ke LA ke Atlanta ke NY). Sebuah pesan tiba di router NY dapat pergi ke LA melalui Chicago atau melalui Atlanta. jawaban dapat kembali ke jalan lain.
Bagaimana sebuah router dapat membuat keputusan antara router dengan router? tidak ada jawaban yang benar. Traffic dapat dipetakan dengan algoritma “clockwise” (pergi ke NY ke Atlanta, LA ke chicago). Router dapat menentukan, mengirimkan pesan ke Atlanta kemudian selanjutnya ke ke Chicago. Routing yang lebih baik adalah dengan mengukur pola traffic dan mengirimkan data melalui link yang paling tidak sibuk.
Jika satu saluran telepon dalam satu jaringan rusak, pesan dapat tetap mencapai tujuannya melalui jalur yang lain. Setelah kehilangan jalur dari NY ke Chicago, data dapat dikirim dari NY ke Atlanta ke LA ke Chicago. Dengan begitu maka jalur akan berlanjut meskipun dengan kerugian performance menurun.
Perbaikan seperti ini merupakan bagian tambahan pada desain IP.
5. Masalah yang Tidak Diperiksa (Undiagnosed Problem)
Jika ada error terjadi, maka dilaporkan ke network authorities. Error tersebut harus dibenarkan atau diperbaiki. IP, didesain untuk dapat tahan dan kuat. Kehilangan node atau jalur adalah hal biasa, tetapi jaringan harus tetap jalan. Jadi IP secara otomatis menkonfigurasi ulang dirinya sendiri bila terjadi sesuatu yang salah. Jika banyak redundancy yang dibangun ke dalam sistem maka komuniksi tetap berlangsung dan terjaga. TCP dirancang untuk memulihkan node atau saluran yang gagal dimana propagasi routing table berubah untuk semua node router. Karena proses updating memerlukan waktu yang lama , TCP agak lambat untuk menginisiasi pemulihan.
6. Mengenai Nomor IP
Setiap perusahaan besar atau perguruan tinggi yang terhubung ke internet harus mempunyai level intermediet network. beberapa router mungkin dikonfigurasi untuk berhubungan dengan bebarapa department LAN. Semua traffic di luar organisasi dihubungkan dengan koneksi tunggal ke jaringan provider regional.
Jadi, pemakai akhir dapat menginstall TCP/IP pada PC tanpa harus tahu jaringan regional . Tiga bagian informasi dibutuhkan :
Þ IP address dibuat pada PC
Þ Bagian dari IP address (subnet mask) yang membedakan mesin lain dalam LAN yang sama (pesan dapat dikirim secara langsung ) dengan mesin-mesin di departemen lain atao dimanapun di seluruh dunia ( yang dikirimkan ke router mesin)
Þ IP address dari router mesin yang menghubungkan LAN tersebut dengan dunia luar.
7. Susunan TCP/IP protocol
Internet pada mulanya didesain dengan dua kriteria utama. Dua kriteria ini mempengaruhi dan membentuk hardware dan software yang digunakan sekarang. Kriteria tersebut : Jaringan harus melakukan komunikasi antara para peneliti di belahan dunia yang berbeda, memungkinkan meraka dapat berbagi dan berkomunikasi mengenai penelitian mereka satu sama lain. Sayangnya, riset memerlukan berbagai komputer dari beragam platform dan arsitektur jaringan yang berbeda untuk keperluan keilmuan. Maka untuk itu diperlukan protocol suite untuk dapat berhubungan dengan berbagai platforms hardware yang berbeda dan bahkan sistem jaringan yang berbeda. Lebih jauh lagi, network harus merupakan jaringan komunikasi yang kuat yang mempunyai kemampuan dapat bertahan dari serangan nuklir. Rancangan ini memebawa ke arah desentralisasi jaringan yang terdiri dari jaringan yang terpisah, lebih kecil, jaringan yang diisolasi yang mempunyai kemampuan otomatis bila diperlukan.
Layer menyediakan level abstrsaksi untuk software dan menaikkan kemampuan menggunakan kembali dan kebebasan platform. Layer-layer tersebut dimaksudkan untuk benar-benar terpisah dari satu sama lain dan juga independen. Layer tersebut tidak mengandalkan informasi detail dari layer yang lain. Arsitektur rancangan ini membuat lebih mudah untuk melakukan pemeliharaan karena layer dapat didesain ulang atau dikembangkan tanpa merusak integritas protokol stack.
TCP/IP protocol suite terdiri dari 4 layers: Applikasi, Transport, Internetwork, dan network interface. Layer tersebut dapat dilihat sebagai hirarki seperti di bawah ini :
Layer Applikasi adalah sebuah aplikasi yang mengirimkan data ke transport layer. Misalnya FTP, email programs dan web browsers.
Layer Transport bertanggung jawab untuk komunikasi antara aplikasi. Layer ini mengatur aluran informasi dan mungkin menyediakan pemeriksaan error. Data dibagi kedalam beberapa paket yang dikirim ke internet layer dengan sebuah header. Header mengandung alamat tujuan, alamat sumber dan checksum. Checksum diperiksa oleh mesin penerima untuk melihat apakah paket tersebut ada yang hilang pada rute.
Layer Internetwork bertanggung jawab untuk komunikasi antara mesin. Layer ini meg-engcapsul paket dari transport layer ke dalam IP datagrams dan menggunakan algoritma routing untuk menentukan kemana datagaram harus dikirim. Masuknya datagram diproses dan diperiksa kesahannya sebelum melewatinya pada Transport layer.
Layer networks interface adalah level yang paling bawah dari susunan TCP/IP. Layer ini adalah device driver yang memungkinkan datagaram IP dikirim ke atau dari pisikal network. Jaringan dapaat berupa sebuah kabel, Ethernet, frame relay, Token ring, ISDN, ATM jaringan, radio, satelit atau alat lain yang dapat mentransfer data dari sistem ke sistem. Layer network interface adalah abstraksi yang memudahkan komunikasi antara multitude arsitektur network.

Network Tutorial – Dasar Router & Proses Routing

Posted on October 14th, 2008 by ariefew
Proses Routing adalah sebuah proses agar router tahu bagaimana dan kemana sebuah paket harus diteruskan.
Routing dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok, yaitu:
  • Static Routing – Router meneruskan paket dari sebuah network ke network yang lainnya berdasarkan rute (catatan: seperti rute pada bis kota) yang ditentukan oleh administrator. Rute pada static routing tidak berubah, kecuali jika diubah secara manual oleh administrator.
  • Dynamic Routing – Router mempelajari sendiri Rute yang terbaik yang akan ditempuhnya untuk meneruskan paket dari sebuah network ke network lainnya. Administrator tidak menentukan rute yang harus ditempuh oleh paket-paket tersebut. Administrator hanya menentukan bagaimana cara router mempelajari paket, dan kemudian router mempelajarinya sendiri. Rute pada dynamic routing berubah, sesuai dengan pelajaran yang didapatkan oleh router.
Static Routing dapat dilakukan dengan memasukkan baris ip route pada mode konfigurasi global. Adapun format penulisan baris tersebut adalah:
ip route network [mask] {alamat | interface }
dimana:
  • network adalah network tujuan
  • mask adalah subnet mask
  • alamat adalah IP address ke mana network akan dilewatkan
  • interface adalah nama interface yang digunakan untuk melewatkan paket yang ditujukan
Gambar di atas memperlihatkan sebuah LAN yang terhubung ke WAN melalui 2 buah router, yaitu router A dan router B.
Agar LAN tersebut bisa dihubungi dari WAN, maka router A perlu diberikan static routing dengan baris perintah seperti berikut:
RouterA(config)# ip route 172.16.10.0 255.255.255.0 172.16.158.1
Dan agar router B bisa meneruskan paket-paket yang ditujukan ke WAN, maka router B perlu dikonfigurasi dengan static routing berikut:
RouterB(config)# ip route 0.0.0.0 0.0.0.0 172.16.158.2
simulasi 1 :
simulasi 2 :

Network Tutorial – Dasar Protocol

Posted on October 10th, 2008 by ariefew
In computing, a protocol is a convention or standard that controls or enables the connection, communication, and data transfer between two computing endpoints. In its simplest form, a protocol can be defined as the rules governing the syntax, semantics, and synchronization of communication. Protocols may be implemented by hardware, software, or a combination of the two. At the lowest level, a protocol defines the behavior of a hardware connection.
It is difficult to generalize about protocols because they vary so greatly in purpose and sophistication. Most protocols specify one or more of the following properties:
  • Detection of the underlying physical connection (wired or wireless), or the existence of the other endpoint or node
  • Handshaking
  • Negotiation of various connection characteristics
  • How to start and end a message
  • How to format a message
  • What to do with corrupted or improperly formatted messages (error correction)
  • How to detect unexpected loss of the connection, and what to do next
  • Termination of the session and or connection.
The widespread use and expansion of communications protocols is both a prerequisite for the Internet, and a major contributor to its power and success. The pair of Internet Protocol (or IP) and Transmission Control Protocol (or TCP) are the most important of these, and the term TCP/IP refers to a collection (or protocol suite) of its most used protocols. Most of the Internet’s communication protocols are described in the RFC documents of the Internet Engineering Task Force (or IETF).
The protocols in human communication are separate rules about appearance, speaking, listening and understanding. All these rules, also called protocols of conversation, represent different layers of communication. They work together to help people successfully communicate. The need for protocols also applies to network devices. Computers have no way of learning protocols, so network engineers have written rules for communication that must be strictly followed for successful host-to-host communication. These rules apply to different layers of sophistication such as which physical connections to use, how
hosts listen, how to interrupt, how to say good-bye, and in short how to communicate, what language to use and many others. These rules, or protocols, that work together to ensure successful communication are
groups into what is known as a protocol suite.
=============================================================
Protokol
Manusia dalam berkomunikasi antar sesamanya, sering terjadi kedua pihak baik pengirim maupun penerima berita tidak mengerti informasi yang disampaikan. Salah satu alasan utamanya adalah ketidakksamaan bahasa yang digunakan diantara mereka.
Agar keduanya dapat memahami informasi yang disampaikan, maka diperlukan bahasa yang dapat dipahami oleh kedua belah pihak, atau dengan kata lain harus ada aturan yang jelas dan disepakati untuk dapat berkomunikasi. Komunikasi antar mesin/komputer pun demikian pula, apabila komputer/ mesin tersebut merupakan produk dari berbagai pabrik, oleh karena itu diperlukan suatu aturan agar pengirim dan penerima mengerti informasi yang dikirim, jadi dalam komunikasi data juga memerlukan sebuah peraturan atau prosedur yang saling menterjemahkan bahasa yang dipakai pengirim dan penerima.
Aturan itu adalah protokol, yaitu suatu kumpulan dari aturan -aturan yang berhubungan dengan komunikasi data agar komunikasi data dapat dilakukan dengan benar. Protokol pada dasarnya, adalah sebuah persetujuan semua pihak yang berkomunikasi tentang bagaimana komunikasi tersebut harus
dilakukan.
Model-Model Protokol
1. Protokol Model OSI
Secara umum untuk jaringan sekarang, pembakuan yang paling banyak digunakan adalah model yang dibuat oleh International Standard Organization (ISO) yang dikenal dengan Open System Interconnection (OSI). Model OSI tidak membahas secara detail cara kerja dari lapisan-lapisan OSI, melainkan hanya memberikan suatu konsep dalam menentukan proses apa yang harus terjadi, dan
protokol-protokol apa yang dapat dipakai di suatu lapisan tertentu.
Model OSI dibagi atas tujuh lapisan (layer) yang masing-masing lapisan mempunyai fungsi dan aturan tersendiri. Tujuan pembagian adalah untuk mempermudah pelaksanaan standar tersebut secara praktis dan untuk memungkinkan fleksibilitas dalam arti perubahan salah satu lapisan tidak
mempengaruhi perubahan dilapisan lain.
Berikut ini akan dijabarkan mengenai fungsi dari masing-masing lapisan:
  • Lapisan Aplikasi (Application Layer)
Merupakan interface pengguna dengan Layer OSI lainnya di layer inilah aplikasi-aplikasi jaringan berada seperti e-mail,ftp, http,danlain sebagainya. Tujuan dari layer ini adalah menampilkan data dari layer dibawahnya kepada pengguna.
  • Lapisan Presentasi (Presentation Layer)
Berfungsi mengubah data dari layer diatasnya menjadi data yang bisa dipahami oleh semua jenis hardware dalam jaringan.
  • Lapisan Session (Session Layer)
Berfungsi mensinkronisasikan pertukaran data antar proses aplikasi dan mengkoordinasikan komunikasi antar aplikasi yang berbeda.
  • Lapisan Transport (Transport Layer)
Layer ini menginisialisasi, memelihara, serta mengakhiri komunikasi antar komputer,selain itu juga memastikan data yang dikirim benar serta memperbaiki apabila terjadi kesalahan.
  • Lapisan Network (Network Layer)
Berfungsi untuk menyediakan routing fisik, menentukan rute yang akan ditempuh.
  • Lapisan Data Link (Data Link Layer)
Layer ini berwenang untuk mengendalikan lapisan fisik, mendeteksi serta mengkoreksi kesalahan yang berupa gangguan sinyal pada media transmisi fisik.
  • Lapisan Fisik (Physical Layer)
Menangani koneksi fisik jaringan dan prosedur-prosedur teknis yang berhubungan langsung dengan media transmisi fisik.
2. Protokol Model TCP/IP
Selain penggunaan model OSI sebagai protokol, perlu juga kita ketahui suatu jenis protokollagi yang pertama digunakan dalam hubungan internet. Banyak istilah dan konsep yang dipakai dalam hubungan internet berasal dari istilah dan konsep yang dipakai oleh TCP/IP yang dikeluarkan oleh DOD Amerika Serikat.
Model ini terdiri dari empat lapisan (layer) yang memiliki kesamaan dan juga perbedaan dalam fungsi-fungsinya dengan model OSI, untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel berikut ini :
Model TCP/IP(DOD) Model OSI Protokol
Process/Application Application Presentation Session Telnet, FTP, SMTP, Kerberos,TFTP, DNS, SNMP, NFS, XWindows
Host to Host/transport Transport UDP, TCP
Internet Network IP, ARP, RARP, ICMP
Network Access Data Link Physical Ethernet,Token Ring,FDDI
application layer pada model protokol TCP/iP adalah seperti seperti gabungan dari layer application, presentation dan session pada protokol model OSI,pada model protokol tcp/ip maka aplikasi yang dibuat dan berhubungan langsung dengan pemakai akan diletakkan di sini.
contohnya : FTP, SMTP, HTTP, SNMP, RPC, DNs, dll
host to host/transport layer sama seperti pada model protokol OSI yaitu berfungsi menghubungkan antara aplication layer dan internet layer
contohnya : UDP, TCP, SNMP (apliccation) menggunakan UDP, Telnet, FTP, SMTP (apliccation) menggunakan TCP
Internet layer berfungsi untuk memberikan layanan dasar pengantaran data. salah satu protokol yang bekerja pada layer ini adlah IP (internet protokol) yang diantaranya berfungsi:
  • mentransfer data dari Network access layer ke transport layer dan sebaliknya
  • menangani datagaram termasuk fragmentasi dan defragmentasi
  • menangani skema pengalamatan yang diguankana dalam pertukaran data
  • menangani proses routing
Network access sama halnya dengan layer Data link dan Physical layer pada OSI yang mengurusi banyak hal yang berhubungan dengan prosedur mekanis dan elektris dalam transmisi bit-bit.
sub bagian host to host/transport layer :
  • TCp (transport control Protocol)
protokol ini memeproleh data dari layer diatasnya berupa deretan byte yang stream (mengalir secara asinkron), kemudian dikelompokkan dalam beberapa segment dan kemudian dilanjutkan kelayer dibawahnya dan sebaliknya. pada tcp dipastikan bahwa tidak ada segment yang hilang dan melakukan beberapa mekanisme (flow control, error detection, dan error recovery). TCp akan
menerima signal dari penerima bahwa segment yang dikirmkan telah diterima dengan baik, jika tidak maka akan diterima pesan error yang mengakibatkan tcp akan mengirimkan kembali segment yang error.
  • UDP (user Data Protocol)
protokol ini bisa dipakai dimana pengantaran packet atau pesan secara cepat lebih penting dari akurasi.artinya dipakai oleh aplikasi yang tidak terlalu mementingkan layanan reliabilitas
sub bagian dari protokol udp dan tcp:
  • port : baik destination port atau source port digunakan oleh transport layeruntuk menentukan ke aplikasi mana data itu harus dikirimkan. nilai port adalah antara 1-65535.
  • socket : merupakan kombinasi dari IP address dan port, sering disebut juga sebagai ‘endpoint’ dari komunikasi dua arah antar aplikasi

Network Tutorial – UDP (User Datagram Protocol)

Posted on October 26th, 2008 by ariefew
Wikipedia
User Datagram Protocol (UDP) is one of the core protocols of the Internet Protocol Suite. Using UDP, programs on networked computers can send short messages sometimes known as datagrams (using Datagram Sockets) to one another. UDP is sometimes called the Universal Datagram Protocol. The protocol was designed by David P. Reed in 1980 and formally defined in RFC 768.
UDP does not guarantee reliability or ordering in the way that TCP does. Datagrams may arrive out of order, appear duplicated, or go missing without notice. Avoiding the overhead of checking whether every packet actually arrived makes UDP faster and more efficient, for applications that do not need guaranteed delivery. Time-sensitive applications often use UDP because dropped packets are preferable to delayed packets. UDP’s stateless nature is also useful for servers that answer small queries from huge numbers of clients. Unlike TCP, UDP is compatible with packet broadcast (sending to all on local network) and multicasting (send to all subscribers).
Common network applications that use UDP include: the Domain Name System (DNS), streaming media applications such as IPTV, Voice over IP (VoIP), Trivial File Transfer Protocol (TFTP) and online games.
UDP uses ports to allow application-to-application communication. The port field is a 16 bit value, allowing for port numbers to range between 0 and 65,535. Port 0 is reserved, but is a permissible source port value if the sending process does not expect messages in response.
Ports 1 through 1023 (hex 3FF) are named “well-known” ports and on Unix-derived operating systems, binding to one of these ports requires root access.
Ports 1024 through 49,151 (hex BFFF) are registered ports.
Ports 49,152 through 65,535 (hex FFFF) are used as temporary ports primarily by clients when communicating to servers.
===============================================
UDP, singkatan dari User Datagram Protocol, adalah salah satu protokol lapisan transpor TCP/IP yang mendukung komunikasi yang tidak andal (unreliable), tanpa koneksi (connectionless) antara host-host dalam jaringan yang menggunakan TCP/IP. Protokol ini didefinisikan dalam RFC 768
UDP memiliki karakteristik-karakteristik berikut:
  • Connectionless (tanpa koneksi): Pesan-pesan UDP akan dikirimkan tanpa harus dilakukan proses negosiasi koneksi antara dua host yang hendak berukar informasi.
  • Unreliable (tidak andal): Pesan-pesan UDP akan dikirimkan sebagai datagram tanpa adanya nomor urut atau pesan acknowledgment. Protokol lapisan aplikasi yang berjalan di atas UDP harus melakukan pemulihan terhadap pesan-pesan yang hilang selama transmisi. Umumnya, protokol lapisan aplikasi yang berjalan di atas UDP mengimplementasikan layanan keandalan mereka masing-masing, atau mengirim pesan secara periodik atau dengan menggunakan waktu yang telah didefinisikan.
  • UDP menyediakan mekanisme untuk mengirim pesan-pesan ke sebuah protokol lapisan aplikasi atau proses tertentu di dalam sebuah host dalam jaringan yang menggunakan TCP/IP. Header UDP berisi field Source Process Identification dan Destination Process Identification.
  • UDP menyediakan penghitungan checksum berukuran 16-bit terhadap keseluruhan pesan UDP.
UDP tidak menyediakan layanan-layanan antar-host berikut:
  • UDP tidak menyediakan mekanisme penyanggaan (buffering) dari data yang masuk ataupun data yang keluar. Tugas buffering merupakan tugas yang harus diimplementasikan oleh protokol lapisan aplikasi yang berjalan di atas UDP.
  • UDP tidak menyediakan mekanisme segmentasi data yang besar ke dalam segmen-segmen data, seperti yang terjadi dalam protokol TCP. Karena itulah, protokol lapisan aplikasi yang berjalan di atas UDP harus mengirimkan data yang berukuran kecil (tidak lebih besar dari nilai Maximum Transfer Unit/MTU) yang dimiliki oleh sebuah antarmuka di mana data tersebut dikirim. Karena, jika ukuran paket data yang dikirim lebih besar dibandingkan nilai MTU, paket data yang dikirimkan bisa saja terpecah menjadi beberapa fragmen yang akhirnya tidak jadi terkirim dengan benar.
  • UDP tidak menyediakan mekanisme flow-control, seperti yang dimiliki oleh TCP.
UDP sering digunakan dalam beberapa tugas berikut:
  • Protokol yang “ringan” (lightweight): Untuk menghemat sumber daya memori dan prosesor, beberapa protokol lapisan aplikasi membutuhkan penggunaan protokol yang ringan yang dapat melakukan fungsi-fungsi spesifik dengan saling bertukar pesan. Contoh dari protokol yang ringan adalah fungsi query nama dalam protokol lapisan aplikasi Domain Name System.
  • Protokol lapisan aplikasi yang mengimplementasikan layanan keandalan: Jika protokol lapisan aplikasi menyediakan layanan transfer data yang andal, maka kebutuhan terhadap keandalan yang ditawarkan oleh TCP pun menjadi tidak ada. Contoh dari protokol seperti ini adalah Trivial File Transfer Protocol (TFTP) dan Network File System (NFS)
  • Protokol yang tidak membutuhkan keandalan. Contoh protokol ini adalah protokol Routing Information Protocol (RIP).
  • Transmisi broadcast: Karena UDP merupakan protokol yang tidak perlu membuat koneksi terlebih dahulu dengan sebuah host tertentu, maka transmisi broadcast pun dimungkinkan. Sebuah protokol lapisan aplikasi dapat mengirimkan paket data ke beberapa tujuan dengan menggunakan alamat multicast atau broadcast. Hal ini kontras dengan protokol TCP yang hanya dapat mengirimkan transmisi one-to-one. Contoh: query nama dalam protokol NetBIOS Name Service.
UDP, berbeda dengan TCP yang memiliki satuan paket data yang disebut dengan segmen, melakukan pengepakan terhadap data ke dalam pesan-pesan UDP (UDP Messages). Sebuah pesan UDP berisi header UDP dan akan dikirimkan ke protokol lapisan selanjutnya (lapisan internetwork) setelah mengepaknya menjadi datagram IP. Enkapsulasi terhadap pesan-pesan UDP oleh protokol IP dilakukan dengan menambahkan header IP dengan protokol IP nomor 17 (0×11). Pesan UDP dapat memiliki besar maksimum 65507 byte: 65535 (216)-20 (ukuran terkecil dari header IP)-8 (ukuran dari header UDP) byte. Datagram IP yang dihasilkan dari proses enkapsulasi tersebut, akan dienkapsulasi kembali dengan menggunakan header dan trailer protokol lapisan Network Interface yang digunakan oleh host tersebut.
Dalam header IP dari sebuah pesan UDP, field Source IP Address akan diset ke antarmuka host yang mengirimkan pesan UDP yang bersangkutan; sementara field Destination IP Address akan diset ke alamat IP unicast dari sebuah host tertentu, alamat IP broadcast, atau alamat IP multicast.
Header UDP diwujudkan sebagai sebuah header dengan 4 buah field memiliki ukuran yang tetap, seperti tersebutkan dalam tabel berikut.
Ilustrasi mengenai header UDP
Field Panjang Keterangan
Source Port 16 bit (2 byte) Digunakan untuk mengidentifikasikan sumber protokol lapisan aplikasi yang mengirimkan pesan UDP yang bersangkutan. Penggunaan field ini adalah opsional, dan jika tidak digunakan, akan diset ke angka 0. Beberapa protokol lapisan aplikasi dapat menggunakan nilai field ini dari pesan UDP yang masuk sebagai nilai field port tujuan (Destination Port, lihat baris selanjutnya) sebagai balasan untuk pesan tersebut.
Destination Port 16 bit (2 byte) Digunakan untuk mengidentifikasikan tujuan protokol lapisan aplikasi yang menjadi tujuan
pesan UDP yang bersangkutan. Dengan menggunakan kombinasi antara alamat IP dengan nilai dari field ini untuk membuat sebuah alamat yang signifikan untuk mengidentifikasikan proses yang berjalan dalam sebuah host tertentu yang dituju oleh pesan UDP yang bersangkutan.
Length 16 bit (2 byte) Digunakan untuk mengindikasikan panjang pesan UDP (pesan UDP ditambah dengan header UDP) dalam satuan byte. Ukuran paling kecil adalah 8 byte (ukuran header UDP,
ketika tidak ada isi pesan UDP), dan ukuran paling besar adalah 65515 bytes (65535 [216] -20 [ukuran header protokol IP]). Panjang maksimum aktual dari pesan UDP akan disesuaikan dengan menggunakan nilai Maximum Transmission Unit (MTU) dari saluran di mana pesan UDP dikirimkan. Field ini bersifat redundan (terulang-ulang). Panjang pesan UDP dapat dihitung dari field Length dalam header UDP dan field IP Header Length dalam header IP.
Checksum 16 bit (2 byte) Berisi informasi pengecekan integritas dari pesan UDP yang dikirimkan (header UDP dan pesan UDP). Penggunaan field ini adalah opsional. Jika tidak digunakan, field ini akan
bernilai 0.
Seperti halnya TCP, UDP juga memiliki saluran untuk mengirimkan informasi antar host, yang disebut dengan UDP Port. Untuk menggunakan protokol UDP, sebuah aplikasi harus menyediakan alamat IP dan nomor UDP Port dari host yang dituju. Sebuah UDP port berfungsi sebagai sebuah multiplexed message queue, yang berarti bahwa UDP port tersebut dapat menerima beberapa pesan secara sekaligus. Setiap port diidentifikasi dengan nomor yang unik, seperti halnya TCP, tetapi meskipun begitu, UDP Port berbeda dengan TCP Port meskipun memiliki nomor port yang sama. Tabel di bawah ini mendaftarkan beberapa UDP port yang telah dikenal secara luas.
Nomor Port UDP Digunakan oleh
53 Domain Name System (DNS) Name Query
67 BOOTP client (Dynamic Host Configuration Protocol [DHCP])
68 BOOTP server (DHCP)
69 Trivial File Transfer Protocol (TFTP)
137 NetBIOS Name Service
138 NetBIOS Datagram Service
161 Simple Network Management Protocol (SNMP)
445 Server Message Block (SMB)
520 Routing Information Protocol (RIP)
1812/1813 Remote Authentication Dial-In User Service (RADIUS)

Network Tutorial – Perhitungan dan Pembuatan Subnet

Posted on October 10th, 2008 by ariefew
In computer networks based on the Internet Protocol Suite, a subnetwork, or subnet, is a portion of the network’s computers and network devices that have a common, designated IP address routing prefix (cf. Classless Inter-Domain Routing, CIDR).
A routing prefix is the sequence of leading bits of an IP address that precede the portion of the address used as host identifier (or rest field in early Internet terminology).
In IPv4 installations, the routing prefix is often expressed as a “subnet mask”, which is a bit mask covering the number of bits used in the prefix. It is frequently expressed in quad-dotted decimal representation, e.g., 255.255.255.0 is the subnet mask for the 192.168.1.0 network with a 24-bit routing prefix (192.168.1.0/24). Subnet masks in IPv4 do not have to have consecutive bits set, e.g., a subnet mask of “11111111001100110000000000000000″ (binary) is permissible, albeit of little additional value, as it does not provide for more efficient address space utilization and cannot be represented in CIDR notation. IPv6 does not use subnet masks and such non-standard routing prefixes are not possible.
The routing prefix of a subnet is often further divided into the network’s network identifier and a subnet identifier. The network identifier is the leading set of address bits that is common to the prefixes of all subnets in the network. This would typically be the CIDR routing prefix of an organization’s entire address space allocation. The subnet identifier consists of the remaining bits in a subnet’s prefix after the network identifier. In the cited example, 192.168.0.0 is the network identifier (and 255.255.0.0 the network mask) and “1″ is the subnet identifier.
===============================================================
Penulisan IP address umumnya adalah dengan 192.168.1.2. Namun adakalanya ditulis dengan 192.168.1.2/24. Artinya bahwa IP address 192.168.1.2 dengan subnet mask 255.255.255.0. /24 diambil dari penghitungan bahwa 24 bit subnet mask diselubung dengan binari 1. Atau dengan kata lain, subnet masknya adalah: 11111111.11111111.11111111.00000000 (255.255.255.0). Konsep ini yang disebut dengan CIDR (Classless Inter-Domain Routing) yang diperkenalkan pertama kali tahun 1992 oleh IEFT.
Subnet Mask berapa saja yang bisa digunakan untuk melakukan subnetting?
Subnet Mask Nilai CIDR
255.128.0.0 /9
255.192.0.0 /10
255.224.0.0 /11
255.240.0.0 /12
255.248.0.0 /13
255.252.0.0 /14
255.254.0.0 /15
255.255.0.0 /16
255.255.128.0 /17
255.255.192.0 /18
255.255.224.0 /19
Subnet Mask Nilai CIDR
255.255.240.0 /20
255.255.248.0 /21
255.255.252.0 /22
255.255.254.0 /23
255.255.255.0 /24
255.255.255.128 /25
255.255.255.192 /26
255.255.255.224 /27
255.255.255.240 /28
255.255.255.248 /29
255.255.255.252 /30
SUBNETTING PADA IP ADDRESS CLASS C
Subnetting seperti apa yang terjadi dengan sebuah NETWORK ADDRESS 192.168.1.0/26 ?
Analisa: 192.168.1.0 berarti kelas C dengan Subnet Mask /26 berarti 11111111.11111111.11111111.11000000 (255.255.255.192).
Penghitungan: subnetting akan berpusat di 4 hal, jumlah subnet, jumlah host per subnet, blok subnet, alamat host dan broadcast yang valid.
  1. Jumlah Subnet = 2x, dimana x adalah banyaknya binari 1 pada oktet terakhir subnet mask (2 oktet terakhir untuk kelas B, dan 3 oktet terakhir untuk kelas A). Jadi Jumlah Subnet adalah 22 = 4 subnet
  2. Jumlah Host per Subnet = 2y – 2, dimana y adalah adalah kebalikan dari x yaitu banyaknya binari 0 pada oktet terakhir subnet. Jadi jumlah host per subnet adalah 26 – 2 = 62 host
  3. Blok Subnet = 256 – 192 (nilai oktet terakhir subnet mask) = 64. Subnet berikutnya adalah 64 + 64 = 128, dan 128+64=192. Jadi subnet lengkapnya adalah 0, 64, 128, 192.
  4. Bagaimana dengan alamat host dan broadcast yang valid? Kita langsung buat tabelnya. Sebagai catatan, host pertama adalah 1 angka setelah subnet, dan broadcast adalah 1 angka sebelum subnet berikutnya.
Subnet 192.168.1.0 192.168.1.64 192.168.1.128 192.168.1.192
Host Pertama 192.168.1.1 192.168.1.65 192.168.1.129 192.168.1.193
Host Terakhir 192.168.1.62 192.168.1.126 192.168.1.190 192.168.1.254
Broadcast 192.168.1.63 192.168.1.127 192.168.1.191 192.168.1.255
Subnet mask yang bisa digunakan untuk subnetting class C adalah seperti di bawah ini :
Subnet Mask Nilai CIDR
255.255.255.128 /25
255.255.255.192 /26
255.255.255.224 /27
255.255.255.240 /28
255.255.255.248 /29
255.255.255.252 /30
SUBNETTING PADA IP ADDRESS CLASS B
Subnet mask yang bisa digunakan untuk subnetting class B adalah seperti dibawah. Blok sebelah kiri dan kanan karena masing-masing berbeda teknik terutama untuk oktet yang “dimainkan” berdasarkan blok subnetnya. CIDR /17 sampai /24 caranya sama persis dengan subnetting Class C, hanya blok subnetnya kita masukkan langsung ke oktet ketiga, bukan seperti Class C yang “dimainkan” di oktet keempat. Sedangkan CIDR /25 sampai /30 (kelipatan) blok subnet kita “mainkan” di oktet keempat, tapi setelah selesai oktet ketiga berjalan maju (counter) dari 0, 1, 2, 3, dst.
Subnet Mask Nilai CIDR
255.255.128.0 /17
255.255.192.0 /18
255.255.224.0 /19
255.255.240.0 /20
255.255.248.0 /21
255.255.252.0 /22
255.255.254.0 /23
255.255.255.0 /24
Subnet Mask Nilai CIDR
255.255.255.128 /25
255.255.255.192 /26
255.255.255.224 /27
255.255.255.240 /28
255.255.255.248 /29
255.255.255.252 /30
Misal subnetmask dengan CIDR /17 sampai /24. Contoh network address 172.16.0.0/18.
Analisa: 172.16.0.0 berarti kelas B, dengan Subnet Mask /18 berarti 11111111.11111111.11000000.00000000 (255.255.192.0).
Penghitungan:
  1. Jumlah Subnet = 2x, dimana x adalah banyaknya binari 1 pada 2 oktet terakhir. Jadi Jumlah Subnet adalah 22 = 4 subnet
  2. Jumlah Host per Subnet = 2y – 2, dimana y adalah adalah kebalikan dari x yaitu banyaknya binari 0 pada 2 oktet terakhir. Jadi jumlah host per subnet adalah 214 – 2 = 16.382 host
  3. Blok Subnet = 256 – 192 = 64. Subnet berikutnya adalah 64 + 64 = 128, dan 128+64=192. Jadi subnet lengkapnya adalah 0, 64, 128, 192.
  4. Alamat host dan broadcast yang valid?
Subnet 172.16.0.0 172.16.64.0 172.16.128.0 172.16.192.0
Host Pertama 172.16.0.1 172.16.64.1 172.16.128.1 172.16.192.1
Host Terakhir 172.16.63.254 172.16.127.254 172.16.191.254 172.16.255.254
Broadcast 172.16.63.255 172.16.127.255 172.16.191.255 172.16..255.255
Subnetmask CIDR /25 sampai /30. Contoh network address 172.16.0.0/25.
Analisa: 172.16.0.0 berarti kelas B, dengan Subnet Mask /25 berarti 11111111.11111111.11111111.10000000 (255.255.255.128).
Penghitungan:
  1. Jumlah Subnet = 29 = 512 subnet
  2. Jumlah Host per Subnet = 27 – 2 = 126 host
  3. Blok Subnet = 256 – 128 = 128. Jadi lengkapnya adalah (0, 128)
  4. Alamat host dan broadcast yang valid?
Subnet 172.16.0.0 172.16.0.128 172.16.1.0 172.16.255.128
Host Pertama 172.16.0.1 172.16.0.129 172.16.1.1 172.16.255.129
Host Terakhir 172.16.0.126 172.16.0.254 172.16.1.126 172.16.255.254
Broadcast 172.16.0.127 172.16.0.255 172.16.1.127 172.16.255.25
SUBNETTING PADA IP ADDRESS CLASS A
Class A, perbedaannya adalah di OKTET mana kita mainkan blok subnet. Kalau Class C di oktet ke 4 (terakhir), kelas B di Oktet 3 dan 4 (2 oktet terakhir), kalau Class A di oktet 2, 3 dan 4 (3 oktet terakhir). Kemudian subnet mask yang bisa digunakan untuk subnetting class A adalah semua subnet mask dari CIDR /8 sampai /30.
Kita coba latihan untuk network address 10.0.0.0/16.
Analisa: 10.0.0.0 berarti kelas A, dengan Subnet Mask /16 berarti 11111111.11111111.00000000.00000000 (255.255.0.0).
Penghitungan:
  1. Jumlah Subnet = 28 = 256 subnet
  2. Jumlah Host per Subnet = 216 – 2 = 65534 host
  3. Blok Subnet = 256 – 255 = 1. Jadi subnet lengkapnya: 0,1,2,3,4, etc.
  4. Alamat host dan broadcast yang valid?
Subnet 10.0.0.0 10.1.0.0 10.254.0.0 10.255.0.0
Host Pertama 10.0.0.1 10.1.0.1 10.254.0.1 10.255.0.1
Host Terakhir 10.0.255.254 10.1.255.254 10.254.255.254 10.255.255.254
Broadcast 10.0.255.255 10.1.255.255 10.254.255.255 10.255.255.255
Catatan: Semua penghitungan subnet diatas berasumsikan bahwa IP Subnet-Zeroes (dan IP Subnet-Ones) dihitung secara default. Buku versi terbaru Todd Lamle dan juga CCNA setelah 2005 sudah mengakomodasi masalah IP Subnet-Zeroes (dan IP Subnet-Ones) ini. CCNA pre-2005 tidak memasukkannya secara default (meskipun di kenyataan kita bisa mengaktifkannya dengan command ip subnet-zeroes), sehingga mungkin dalam beberapa buku tentang CCNA serta soal-soal test CNAP, anda masih menemukan rumus penghitungan Jumlah Subnet = 2x – 2

Network Tutorial – Dasar Subnet dan Subnet mask

Posted on October 10th, 2008 by ariefew
In computer networks based on the Internet Protocol Suite, a subnetwork, or subnet, is a portion of the network’s computers and network devices that have a common, designated IP address routing prefix (cf. Classless Inter-Domain Routing, CIDR).
A routing prefix is the sequence of leading bits of an IP address that precede the portion of the address used as host identifier (or rest field in early Internet terminology).
In IPv4 installations, the routing prefix is often expressed as a “subnet mask”, which is a bit mask covering the number of bits used in the prefix. It is frequently expressed in quad-dotted decimal representation, e.g., 255.255.255.0 is the subnet mask for the 192.168.1.0 network with a 24-bit routing prefix (192.168.1.0/24). Subnet masks in IPv4 do not have to have consecutive bits set, e.g., a subnet mask of “11111111001100110000000000000000″ (binary) is permissible, albeit of little additional value, as it does not provide for more efficient address space utilization and cannot be represented in CIDR notation. IPv6 does not use subnet masks and such non-standard routing prefixes are not possible.
The routing prefix of a subnet is often further divided into the network’s network identifier and a subnet identifier. The network identifier is the leading set of address bits that is common to the prefixes of all subnets in the network. This would typically be the CIDR routing prefix of an organization’s entire address space allocation. The subnet identifier consists of the remaining bits in a subnet’s prefix after the network identifier. In the cited example, 192.168.0.0 is the network identifier (and 255.255.0.0 the network mask) and “1″ is the subnet identifier.
==============================================================
Subnet mask adalah istilah teknologi informasi dalam bahasa Inggris yang mengacu kepada angka biner 32 bit yang digunakan untuk membedakan network ID dengan host ID, menunjukkan letak suatu host, apakah berada di jaringan lokal atau jaringan luar.
RFC 950 mendefinisikan penggunaan sebuah subnet mask yang disebut juga sebagai sebuah address mask sebagai sebuah nilai 32-bit yang digunakan untuk membedakan network identifier dari host identifier di dalam sebuah alamat IP. Bit-bit subnet mask yang didefinisikan, adalah sebagai berikut:
  • Semua bit yang ditujukan agar digunakan oleh network identifier diset ke nilai 1.
  • Semua bit yang ditujukan agar digunakan oleh host identifier diset ke nilai 0.
Setiap host di dalam sebuah jaringan yang menggunakan TCP/IP membutuhkan sebuah subnet mask meskipun berada di dalam sebuah jaringan dengan satu segmen saja. Entah itu subnet mask default (yang digunakan ketika memakai network identifier berbasis kelas) ataupun subnet mask yang dikustomisasi (yang digunakan ketika membuat sebuah subnet atau supernet) harus dikonfigurasikan di dalam setiap node TCP/IP.
Sebuah subnet mask biasanya diekspresikan di dalam notasi desimal bertitik (dotted decimal notation), seperti halnya alamat IP. Setelah semua bit diset sebagai bagian network identifier dan host identifier, hasil nilai 32-bit tersebut akan dikonversikan ke notasi desimal bertitik. Perlu dicatat, bahwa meskipun direpresentasikan sebagai notasi desimal bertitik, subnet mask bukanlah sebuah alamat IP.
Subnet mask default dibuat berdasarkan kelas-kelas alamat IP dan digunakan di dalam jaringan TCP/IP yang tidak dibagi ke alam beberapa subnet. Tabel di bawah ini menyebutkan beberapa subnet mask default dengan menggunakan notasi desimal bertitik. Formatnya adalah:
, 
Kelas alamat Subnet mask (biner) Subnet mask (desimal) Prefix Length
Kelas A 11111111.00000000.00000000.00000000 255.0.0.0 /8
Kelas B 11111111.11111111.00000000.00000000 255.255.0.0 /16
Kelas C 11111111.11111111.11111111.00000000 255.255.255.0 /24
Perlu diingat, bahwa nilai subnet mask default di atas dapat dikustomisasi oleh administrator jaringan, saat melakukan proses pembagian jaringan (subnetting atau supernetting). Sebagai contoh, alamat 138.96.58.0 merupakan sebuah network identifier dari kelas B yang telah dibagi ke beberapa subnet dengan menggunakan bilangan 8-bit. Kedelapan bit tersebut yang digunakan sebagai host identifier akan digunakan untuk menampilkan network identifier yang telah dibagi ke dalam subnet. Subnet yang digunakan adalah total 24 bit sisanya (255.255.255.0) yang dapat digunakan untuk mendefinisikan custom network identifier. Network identifier yang telah di-subnet-kan tersebut serta subnet mask yang digunakannya selanjutnya akan ditampilkan dengan menggunakan notasi sebagai berikut:
138.96.58.0, 255.255.255.0
Karena bit-bit network identifier harus selalu dipilih di dalam sebuah bentuk yang berdekatan dari bit-bit ordo tinggi, maka ada sebuah cara yang digunakan untuk merepresentasikan sebuah subnet mask dengan menggunakan bit yang mendefinisikan network identifier sebagai sebuah network prefix dengan menggunakan notasi network prefix seperti tercantum di dalam tabel di bawah ini. Notasi network prefix juga dikenal dengan sebutan notasi Classless Inter-Domain Routing (CIDR) yang didefinisikan di dalam RFC 1519. Formatnya adalah sebagai berikut:
/
Kelas alamat Subnet mask (biner) Subnet mask (desimal) Prefix Length
Kelas A 11111111.00000000.00000000.00000000 255.0.0.0 /8
Kelas B 11111111.11111111.00000000.00000000 255.255.0.0 /16
Kelas C 11111111.11111111.11111111.00000000 255.255.255.0 /24
Sebagai contoh, network identifier kelas B dari 138.96.0.0 yang memiliki subnet mask 255.255.0.0 dapat direpresentasikan di dalam notasi prefix length sebagai 138.96.0.0/16.
Karena semua host yang berada di dalam jaringan yang sama menggunakan network identifier yang sama, maka semua host yang berada di dalam jaringan yang sama harus menggunakan network identifier yang sama yang didefinisikan oleh subnet mask yang sama pula. Sebagai contoh, notasi 138.23.0.0/16 tidaklah sama dengan notasi 138.23.0.0/24, dan kedua jaringan tersebut tidak berada di dalam ruang alamat yang sama. Network identifier 138.23.0.0/16 memiliki range alamat IP yang valid mulai dari 138.23.0.1 hingga 138.23.255.254; sedangkan network identifier 138.23.0.0/24 hanya memiliki range alamat IP yang valid mulai dari 138.23.0.1hingga 138.23.0.254.
Untuk menentukan network identifier dari sebuah alamat IP dengan menggunakan sebuah subnet mask tertentu, dapat dilakukan dengan menggunakan sebuah operasi matematika, yaitu dengan menggunakan operasi logika perbandingan AND (AND comparison). Di dalam sebuah AND comparison, nilai dari dua hal yang diperbandingkan akan bernilai true hanya ketika dua item tersebut bernilai true; dan menjadi false jika salah satunya false. Dengan mengaplikasikan prinsip inike dalam bit-bit, nilai 1 akan didapat jika kedua bit yang diperbandingkan bernilai 1, dan nilai 0 jika ada salah satu di antara nilai yang diperbandingkan
bernilai 0.
Cara ini akan melakukan sebuah operasi logika AND comparison dengan menggunakan 32-bit alamat IP dan dengan 32-bit subnet mask, yang dikenal dengan operasi bitwise logical AND comparison. Hasil dari operasi bitwise alamat IP dengan subnet mask itulah yang disebut dengan network identifier.
Contoh:
Alamat IP    10000011 01101011 10100100 00011010 (131.107.164.026)
Subnet Mask  11111111 11111111 11110000 00000000 (255.255.240.000)
------------------------------------------------------------------ AND
Network ID   10000011 01101011 10100000 00000000 (131.107.160.000)
Routing
Internetwork menggunakan proses routing untuk mengirimkan dari suatu network ke network yang lain.Untuk menjaga data di dalam jalan yang terbaik ke suatu tujuan , beberapa urutan route di dalam network sangatlah dibutuhkan.Route network dalam proses pengiriman data diatasi oleh protocol routing.LAN (Local Area Network) mempunyai suatu batas performance yang bergantung pada ukuran atau kompleksitas dari LAN tersebut.Ukuran batasan itu antara lain :
» Ukuran segmen fisik network.
» Banyaknya host yang ada di setiap segmen.
» Besarnya jumlah dari trafik data.
» Keberagaman topologi network. Karena keterbatasan tersebut,maka diperlukan suatu penghubung antara segmen network yang satu dengan network yang lain.Bridging , switch dan routing merupakan metoda yang bisa menghubungkan keterbatasan tersebut.Bridging dapat memberikan satu jalur diantara segmen.Bagaimanapun jalur yang multi sangat dibutuhkan, routing dapat diimplementasikan untuk multi jalur.Untuk menghubungkan beberapa segmen tertentu yang berbeda topologinya seperti FDDI , X-25 hanya bisa dihubungkan dengan routing.
Algoritma Routing
Didalam penentuan jalur untuk routing diperlukan suatu variabel yang dinamakan metric misalnya jumlah traffic.Metric digunakan untuk menentukan jalur yang paling baik untuk ditempuh dalam mengirimkan suatu paket data.
Protokol routing membentuk suatu tabel routing yang digunakan untuk meyeleksi jalur yang akan digunakan.Didalam tabel routing terdapat suatu alamat tujuan paket data dan hop yaitu suatu router yang akan dituju setelah router tersebut.
Ada tiga pokok objek dalam tabel routing :
Akurasi.
Kapasitas algoritma routing dalam pemilihan jalur yang optimal berdasarkan metric.
Pengeluaran yang efisien.
Pengeluaran yang efisien menunjukan penggunan CPU dalam memperhitungan metric dalam penentuan jalur route.
Proses konvergen yang cepat.
Proses konvergen adalah proses untuk mensinkronkan tabel routing ke semua router.
Beberapa tipe algoritma routing :
Static dan dinamic
Interior dan exterior
Distance vektor dan link state.
1. Static dan Dinamik
Algoritma routing static merupakan algoritma yang diatur oleh administrator jaringan tersebut untuk mengijinkan merouting paket ke jaringan melalui router tertentu.Algoritma ini tidak bisa memilih jalan yang optimal.Routing static biasanya digunakan untuk jaringan yang kemungkinan kecil mengalami perubahan dalam topologinya.
#route add –net (network) –netmask (netmask) ip_router
Menambah entry routing static untuk suatu network.
#route delete –net (network) –netmask (netmask) ip_router
Menghapus entry routing untuk suatu network
#route add default ip_router
Menetapkan suatu router default
#route change default ip_router
Merubah router default
#route flush
Menghapus semua informasi tabel routing
Pada perintah tersebut menetapkan router static untuk suatu jaringan tertentu.Protokol routing yang seperti (RIP , IGRP , EIGRP , dan OSPF) merupakan algoritma routing yang dynamic.Dalam protocol tersebut , secara periodic mengupdate dan menganalisa dengan cara menerima paket dari router lain jika terjadi perubahan dalam topologi suatu jaringan.Pada umumnya protocol routing mendistribusikan tabel routingnya sendiri ke router yang lain.Untuk mensinkronkan tabel routing , maka beberapa routing diijinkan ke router-router yang lain untuk mengupdate secara periodic tentang status jaringan mereka.Gabungan antara algoritma static dan dynamic dapat meningkatkan performance dari jaringan tersebut.Dalam cara ini , routing static digunakan sebagai “Default Route”.Paket data yang dilewatkan ke route default dikarenakan dalam table routing tidak terdapat tujuan dari paket data tersebut.
2. Distance Vektor dan Link State.
2.a Protokol Distance Vektor
Protokol Distance vector secara periodic mengirimkan dua informasi ke router tetangga :
» Jarak hop berikutnya , metric hop berikutnya.
» Tujuan hop berikutnya yang akan ditempuh.
Distance vector secara periodic mengirimkan tabel routing ke router yang terdekat.Ketika router mengalami putus koneksi (down) , router distance vector akan mempelajari perubahan jalur atau tabel tersebut masih ada pada jalur link tersebut sampai pada waktu tertentu.Jika waktu yang diperlukan untuk menunggu respon dari router yang menerima kiriman tabel routing melebihi waktu yang telah ditentukan maka router itu akan dihapus pada tabel routing router tersebut.Router yang terdekat akan mengirimkan informasi perubahan dari jalur melalui broadcast.Waktu yang diperlukan untuk semua router didalam mengubah tabel routing dinamakan konvergen.Konvergen didalam distance vector meliputi :
1. Setiap router menerima informasi routing yang baru.
2. Setiap router mengupdate table routing.
3. Setiap router mengupdate metric tabel routing dengan informasinya sendiri (menambah hop).
4. Setiap router membroadcast semua informasi ke router yang terdekat.
Proses konvergen didalam distance vector memerlukan waktu yang lama , hal ini dikarenakan setiap router mengupdate table routing mereka sendiri.Hal inilah yang akan mengakibatkan waktu yang lama.Akibat dari ini akan mengakibatkan tidak terdistribusinya table routing ke router terdekatnya.
Untuk menghindari akibat dari itu , maka distance vector terdapat holdtime interval.Holdtime interval merupakan waktu yang diperlukan untuk menghapus suatu router yang down.Oleh karena itu , diperlukan holdtime interval yang lama.
2.b protocol routing link-state
Setiap router lin-state menyediakan informasi tentang topologi jaringan dimana meliputi :
1. Penentuan router dalam topologi jaringan.
2. Status dari router jaringan tersebut.
Informasi tersebut membanjiri semua jaringan dimana setiap router menerima informasi pertama.Link-state tidak membroadcast informasi table routing ke semua router.Router link-state hanya mengirimkan informasi ketika terjadi perubahan dalam topologi tersebut.Router link-state mengirimkan paket “hello” yang dinamakan Link-State Paket (LSP) atau Link-State Advertisement (LSA).Proses pada waktu pertama kali dan terjadi perubahan dinamakan flooding.Proses tersebut mengirimkan informasi jaringan dimana terjadi proses pembaruan jalur route dalam suatu jaringan.Router link-stat menggunakan metode cost daripada hop.Cost menandakan suatu bandwith , beban dalam suatu jaringan.
Proses dalam routing link-state antara lain :
1. Setiap router mengirimkan secara periodic paket hello ke router tetangganya yang digunakan untuk mempelajari topologi jaringan yang disekitarnya.
2. Router tetangganya akan membalas dengan mengirimkan informasi tentang link dan metric atau cost yang terdapat informasi tersebut.
3. Router pengirim paket hello akan memperbarui table routing berdasarkan informasi yang diterimanya itu.
4. Router akan mengirimkan table routing atau LSP ke router tetangganya dan LSP itu juga terdiri dari informasi cost dan jalur topologi jaringan.
5. Setiap router tetangga mengirimkan juga paket LSP ke router yang terdekat.Proses inilah yang dinamakan proses flooding.
6. Oleh karena setiap router tidak memperhitungkan table routing di dalam jaringan mereka sendiri maka hal ini akan mengakibatkan berkurang waktu untuk konvergen table routing.
3. Protokol Interior dan Exterior Gateway
Di dalam jaringan yang besar seperti internet , jaringan yang kecil dibagi menjadi beberapa Autonomous System (AS).Setiap AS menagatur daerahnya sendiri.Setiap jaringan terhubung ke internet melalui AS nya sendiri.
Beberapa protocol routing yang digunakan untuk mengatur system yang terdapat pada AS dinamakan Interior Gateway Protokol.Protokol ini menerapkan bahwa router-router saling berhubungan dengan system mereka dan secara bebas saling menukarkan informasi routing dengan beberapa router yang satu AS.
Sedangkan untuk protocol yang routing yang digunakan untuk menghubungkan AS di dalam jaringan yang besar dinamakan Exterior Gateway Protokol (EGP).Certain routing protocols were also developed for connecting autonomous systems in a larger internetwork.Protokol ini menenal AS yang lain sebagai AS tetangga dan hanya saling menukar informasi yang minimum yang dibutuhkan untuk kapasitas informasi jalur.
4. Dinamic Routing
4.1 RIP
Routing Information Protocol (RIP) merupakan protocol distance-vektor yang digunakan untuk dalam domain.RIP ditujukan untuk jaringan yang kecil dan batas memiliki hopnya dibatasi 16 hop.Routing ini berdasarkan jumlah hop dan tidak berdasarkan bandwaith yang ada pada link tertentu.Karena menggunakan algoritma distance vektor maka metode nya seperti yang terjadi pada algoritma distance vektror.
A. Konfigurasi RIP
rip yes | no | on |off [{
nobroadcast;
broadcast;
interface interface_list
[noripin] | [ripin]
[noripout] | [ripout]
[version 1] | [version 2 [multicast | broadcast] ]
}];
Perintah rip untuk mengaktifkan protocol rip. Beberapa maksud dari konfigurasi diatas yaitu :
1. nobroadcast
Host hanya mendengar paket RIP walaupun hanya terdapat satu interface.
2. broadcast
Host mengirimkan paket RIP ke jaringan walaupun hanya terdapat satu interface.
3. interface interface_list
Mengatur parameter-parameter yang terdapat dalam interface_list.Interface_list dapat berupa nomer ip atau nama interface tersebut.
noripin
mengatur agar tidak menghiraukan paket RIP yang diterima , defaultnya adalah ripin.
noripout
mengatur agar tidak mengirimkan paket RIP , defaultnya adalah ripout.
version 1
mengatur agar paket RIP yang dikirim adalah RIP versi 1.
version 2
mengatur agar paket RIP yang dikirim adalah RIP versi 2
multicast
RIP versi 2 dikirimkan melalui interface menggunakan multicast.
broadcast
RIP versi 2 dikirimkan secara broadcast.
4.2 OSPF
OSPF yang artinya Open Shortest Path First.OSPF ini merupakan protocol link-state. OSPF routers are considered adjacent when they have synchronized link-state databases (the link-state version of a routing information table).Di dalam OSPF terdapat metode penggabungan datebase link melalui penggunaan perbedaan subnet mask , penggabungan beberapa rute-rute menjadi satu masukan rute di dalam database.Seperti misalnya jaringan 192.168.1.0 sampai 192.168.254.0 , penggabungan rute akan menjadi 192.168.0.0 dengan subnet mask 255.255.0.0.Di dalam konfigurasi OSPF itu sendiri terdapat semacam area-area (seperti Autonomous System) sebagai level tingkatan yang tidak digunakan pada protokol.Router yang semua interfacenya terhubung ke dalam satu area dinamakan router internal.Router yang hanya terhubung dengan backbone dinamakan router backbone.Roouter yang terhubung dengan area yang berbeda disebut router batas area (area border router).
A. Konfigurasi OSPF
ospf yes | no | on | off [{
defaults {
preference preference;
cost cost;
}
backbone | ( area area ) {
authtype 0 | 1 | none | simple ;
stub [ cost cost] ;
networks {
network [ restrict ] ;
network mask mask [ restrict ] ;
network masklen number [ restrict ] ;
host host [ restrict ] ;
};
stubhosts {
host cost cost ;
} ;
interface interface_list; [cost cost ] {
interface_parameters
};
};
}];
Interface parameter yang terdapat pada kelas interface list yaitu :
1. enable | disable;
2. retransmitinterval time;
3. transit delay;
4. priority priority;
5. hellointerval time;
6. routerdeadinterval time;
7. authkey auth_key;
· default
Parameter ini dikhususkan untuk digunakan mengkirimkan OSPF ASE ke table routing dan mengirimkan rute dari table routing ke OSPF ASE (Autonomous System External).
preference preference
merupakan suatu nilai antara 0 sampai 255 yang digunakan untuk memilih beberapa jalur untuk ke tujuan alamat yang sama.Preference dengan nilai yang kecil merupakan rute yang paling kecil (active route).Rute ini yang digunakan untuk memforward paket table ke protokol yang berlainan.
cost cost
Parameter ini digunakan untuk mengimport rute non-OSPF dari table routing ke OSPF di dalam sebuah ASE.
» backbone
area area
Setiap router OSPF harus disetting paling sedikit satu area.Jika mempunyai area lebih dari satu maka backbone lebih dari satu.
authtype 0 | 1 | none | simple
OSPF menspesifikasikan skema pembuktian per area.Setiap interface dalam satu area harus mempunyai authentifikasi yang sama meskipun kemungkinan menggunakan authentifikasi yang berbeda.
stub [ cost cost]
Area stub merupakan area yang tidak ada rute ASE.Jika nilai cost tidak dispesifikasikan , maka digunakan untuk sebagai rute default di dalam area tersebut.
networks
Networks mendiskripsikan lingkup dari intra-area.LSA-LSA intra-area tidak diumumkan ke area yang lain , hal ini dikarenakan adanya spesifikasi network area.Option ini sangat berguna untuk membangun suatu jaringan yang bertujuan untuk mengurangi jumlah table information yang dikirimkan antara area-area dalam suatu network.
stubhosts
Konfigurasi ini menspesifikasikan suatu host yang langsung terhubung dengan router.
interface interface_list [cost cost ]
Options ini digunakan untuk mensetting interface broadcast atau interface point-to-point.Setiap interface mempunyai suatu cost.Parameter-parameter didalam interface antara lain :
retransmitinterval time
Nilai waktu (second) antara balasan dari pengumuman link-state untuk router tetangganya.
transitdelay time
Nilai perkiraan yang diperlukan untuk mengirimkan paket terbaru dari link-state pada suatu interface tertentu.Options harus memiliki nilai lebih dari nol.
priority priority
Nilai antara 0 dan 255 yang digunakan untuk menspesifikasikan nilai priority untuk sebagai designated router.Jika terdapat dua interface , maka yang menjadi designated router mempunyai nilai priority yang lebih tinggi..
hellointerval time
Panjang waktu (second) yang digunakan untuk mengirimkan paket Hello ke router yang terdekat.
routerdeadinterval time
Batas waktu (second) untuk mendapat paket Hello dari router yang terdekat sebelum router tetangga tersebut dinyataka down.
authkey auth_key
Digunakan oleh authentifikasi OSPF untuk mengecheck authentication di dalam header paket OSPF.
Interface point-to-point juga mendukung parameter tambahan : nomulticast
Secara default , paket OSPF ke router tetangganya di dalam interaface point-to-point dikirim melalui mekanisme IP multicast.Meskipun , beberapa aplikasi IP multicast untuk Unix mempunyai beberapa kekurangan.Oleh karena itu , Gated (software routing) mengirimkan paket OSPF menggunakan mekanisme unicast ke router tetangganya.Mekanisme secara unicast sangat dianjurkan , hal ini dikarenakan kemungkinan router tetangga tidak mendukung multicast.
Untuk mengetahui topologi jaringan untuk rute paket data digunakan suatu perintah :
#nestat –nr
Summary
Route default merupakan route static yang digunakan untuk paket yang tidak mempunyai rute ke alamat tujuan.Pengiriman paket yang alamat tujuannya tidak terdapat dalam informasi table routing masih dapat ditangani oleh route default.
Protokol distance vector merupakan protokol algoritma routing yang memilih jalur berdasarkan jumlah hop yang paling kecil.Hop merupakan jumlah router yang akan dituju sebelum paket data itu sampai ke alamat tujuan.Protokol distance vector mengirimkan paket informasi table routing mereka ke router yang terdekat.
Protokol link-state dibuat untuk skala jaringan yang besar.Protokol ini menggunakan sistem cost untuk memilih rute dan menyimpan dalam database informasi table routing.Dalam protokol ini , untuk mengetahui suatu router tidak mati dilakukan dengan mengirimkan paket hello ke router tersebut.Apabila router tersebut mengirimkan paket balasan sebelum waktu yang ditetapkan , maka router tersebut masih disimpan dalam informasi table routing.
Istilah
1. ASE (Autonomous System External) = rute untuk menghubungkan antara AS.
2. LSA (Link State Advetisement) = Pengiriman informasi database link-state.
3. interface
ref:http://agung.garpukaratan.us/?p=8

Cisco Router Configuration Commands

Ditulis oleh kang deden di/pada 12 Maret, 2007
Requirement Cisco Command
Set a console password to cisco Router(config)#line con 0
Router(config-line)#login
Router(config-line)#password cisco
Set a telnet password Router(config)#line vty 0 4
Router(config-line)#login
Router(config-line)#password cisco
Stop console timing out Router(config)#line con 0
Router(config-line)#exec-timeout 0 0
Set the enable password to cisco Router(config)#enable password cisco
Set the enable secret password to peter. This password overrides the enable password and is encypted within the config file Router(config)#enable secret peter
Enable an interface Router(config-if)#no shutdown
To disable an interface Router(config-if)#shutdown
Set the clock rate for a router with a DCE cable to 64K Router(config-if)clock rate 64000
Set a logical bandwidth assignment of 64K to the serial interface Router(config-if)bandwidth 64
Note that the zeroes are not missing
To add an IP address to a interface Router(config-if)#ip addr 10.1.1.1 255.255.255.0
To enable RIP on all 172.16.x.y interfaces Router(config)#router rip
Router(config-router)#network 172.16.0.0
Disable RIP Router(config)#no router rip
To enable IRGP with a AS of 200, to all interfaces Router(config)#router igrp 200
Router(config-router)#network 172.16.0.0
Disable IGRP Router(config)#no router igrp 200
Static route the remote network is 172.16.1.0, with a mask of 255.255.255.0, the next hop is 172.16.2.1, at a cost of 5 hops Router(config)#ip route 172.16.1.0 255.255.255.0 172.16.2.1 5
Disable CDP for the whole router Router(config)#no cdp run
Enable CDP for he whole router Router(config)#cdp run
Disable CDP on an interface Router(config-if)#no cdp enable
Cisco Router Show Commands
Requirement Cisco Command
View version information show version
View current configuration (DRAM) show running-config
View startup configuration (NVRAM) show startup-config
Show IOS file and flash space show flash
Shows all logs that the router has in its memory show log
View the interface status of interface e0 show interface e0
Overview all interfaces on the router show ip interfaces brief
View type of serial cable on s0 show controllers 0 (note the space between the ’s’ and the ‘0′)
Display a summary of connected cdp devices show cdp neighbor
Display detailed information on all devices show cdp entry *
Display current routing protocols show ip protocols
Display IP routing table show ip route
Display access lists, this includes the number of displayed matches show access-lists
Check the router can see the ISDN switch show isdn status
Check a Frame Relay PVC connections show frame-relay pvc
show lmi traffic stats show frame-relay lmi
Display the frame inverse ARP table show frame-relay map

Cisco Router Basic Operations

Requirement Cisco Command
Enable Enter privileged mode
Return to user mode from privileged disable
Exit Router Logout or exit or quit
Recall last command up arrow or
Recall next command down arrow or
Suspend or abort and and 6 then x
Refresh screen output
Compleat Command TAB

Cisco Router Copy Commands

Requirement Cisco Command
Save the current configuration from DRAM to NVRAM copy running-config startup-config
Merge NVRAM configuration to DRAM copy startup-config running-config
Copy DRAM configuration to a TFTP server copy runing-config tftp
Merge TFTP configuration with current router configuration held in DRAM copy tftp runing-config
Backup the IOS onto a TFTP server copy flash tftp
Upgrade the router IOS from a TFTP server copy tftp flash

Cisco Router Debug Commands

Requirement Cisco Command
Enable debug for RIP debug ip rip
Enable summary IGRP debug information debug ip igrp events
Enable detailed IGRP debug information debug ip igrp transactions
Debug IPX RIP debug ipx routing activity
Debug IPX SAP debug IPX SAP
Enable debug for CHAP or PAP debug ppp authentication
Switch all debugging off no debug all
undebug all

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Freedom of comment here!

Blogger Templates